-->

Undangan Terlanjur Disebar, Perempuan Ini Kaget Calon Suaminya Ternyata Begini!


Hari pernikahan merupakan saat yang dinantikan oleh dua pasangan yang akan meresmikan hubungannya.Mereka tentunya berharap saat itu adalah hari terindah dalam hidup.Karena mereka akan segera menjalani bahtera hidup rumah tangga berdua.

Tapi kadang harapan tak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.Bisa saja terjadi sesuatu yang malah diluar prediksi dan harapan yang kadang malah tragis.Satu daiantara kejadian itu diceritakan akun facebook Insyirah Soleha.Dilansir myreporter, ia tak menyangka kejadian yang menimpa adiknya jelang pernikahan begitu tragis dan diluar dugaan.Dilema Bakal Pengantin

Jumpa adik perempuan di hotel, ajak makan di toko. Sambil berbicara, adik cerita mau pergi dengan teman serumah.Ternyata dia juga mau curhat tentang dilema yang dialaminya sebagai calon pengantin.

"Dia baru tahu tunangannya tidak mempunyai pekerjaan.
"Calon ibu mertua ternyata menjual nasi lemak dan berjualan kue."
"Kasihan melihat dia, stres karena mau menikah."
Adik juga bilang, temannya itu anak orang berada. Saya terkejut.
"Sebelum ini kenal dimana? Dia tak tahu tunangannya tak punya kerja?" tanya saya.

"Ibu pria tersebut yang mengenalkan lewat kawan," jawabnya.
Saya tengok adik. Sambung makan. I can not brain.
"Semua persiapan sudah siap. Kartu undangan sudah disebarkan. Dia stres sekali."
"Iyalah, kalau dibatalkan, nanti keluarga malu pula, kan?"
"Tapi kan, malu itu sebentar saja. Nanti orang lupa juga."
"Tapi badan yang menanggung seumur hidup itu, sanggup tidak?" katanya lagi.
"Entahlah .."
"Malu sebab batal pernikahan itu memang aib. Tapi kalau tak bahagia, sepanjang pernikahan itu menderita."

Tak bisa turn back okey? Mau try then kalau tak okey, bisa bercerai?"
Phew .. not that easy.
Dalam pernikahan ada step by step yang Islam anjurkan.
Diantaranya adalah berkenalan.
Berkenalan ini bukan kena pergi kencan makan mie kepiting akhir pekan.
Setelah itu call setiap hari untuk buat laporan hari ini buat apa, makan apa, jam berapa mandi, pakai baju warna apa. No .. no .. no ..

Berkenalan ini untuk tahu fikrah pasangan dan keluarga. Kenal adab dan akhlak keluarga.
Tahu apa rencana masa depan keluarga. Bukan bincang mau anak berapa nanti.
Apa metode merencanakan kehamilan. Yang itu bisa dibahas setelah akad nikah.
Hidup ini memang ujian. Tapi Allah beri pilihan. Pilih yang baik agamanya.

Baik agama ini tidak semestinya ustaz, tidak semestinya Tok Imam, tidak semestinya bilal.
Mungkin sopir truk yang selalu salat awal waktu dan jaga orangtuanya dengan baik.
Beri nafkah pada orang tua dan baik akhlak dengan semua orang itu lebih baik.
Sekarang ekonomi tak baik. Bila kita memang tidak ada usaha untuk diri kita.
Bagaimana kita mau jaga orang lain? Setidaknya usaha.
Inilah tanggungjawab dalam kehidupan.

Kalau tidak ada pekerjaan harus umpan kepada bakal istri untuk sama-sama merencanakan apa yang ingin dibuat untuk memberi nafkah kepada istri.Tanggungjawab suami untuk beri nafkah kepada istri meskipun seorang pria duduk di rumah menjaga anak.

Dan membuat pekerjaan rumah tidak meninggalkan kewajiban memberi nafkah kepada keluarga.
Tidak 'penting' pekerjaan itu baik duduk di kantor atau pedagang online.Bukan kuantitas keuangan tapi lebih menekankan kewajiban suami memberi nafkah pada istri.Banyak pria menganggap menafkahkan istri hal ringan. Meski istri bergaji lebih besar.

Itu pun tetap tidak menanggalkan kewajiban suami memberi nafkah kepada istri dan anak-anak
Semoga Allah tidak menguji kita dengan apa yang kita tidak sanggup hadapi.
Kasihan pada bakal-bakal pengantin yang terperangkap dalam hidup begini.
Pernikahan itu bukan main-main. Usia bukan ukuran bahagia derita. Tapi iman dan taqwa.
3 Prinsip Membangun Keluarga Berkualitas
Rumput tetangga sering terlihat lebih hijau daripada rumput halaman Anda? Eits, jangan beranggap seperti itu.

Anda tidak tahu apa yang sebenarnya dialami keluarga lain, bahkan keluarga kakak Anda sendiri.
Banyak sekali keluarga yang dari luar terlihat baik-baik saja, namun kondisi di dalam ternyata sangat menyakitkan.

Membina keluarga tidak cukup hanya berdasarkan kesabaran dan pengertian. Seperti layaknya rumah, keluarga juga memiliki fondasi, pilar, dan atap yang harus terus dijaga agar tetap utuh.
''Ingin punya suami yang berhasil dan sukses, anak-anak juara kelas, sampai pembantu yang dibanggakan lingkungan? Ada caranya, lho,'' ujar Ir Bambang Syumanjaya, MM, MBA, CBA, enter-trainer, family, and bussiness consultant, dalam talkshow "Membangun Keluarga yang Berkualitas".

Dasar atau fondasi dari kehidupan berumah tangga adalah cinta. Cinta tidak menuntut fisik dan perhatian. Cinta juga tidak harus melulu berbalas. Setelah menikah, bukan lagi waktu untuk menuntut cinta yang berbalas.

''Cinta yang berbalas lewat kata-kata hanya dilakukan saat pasangan saling mengenal, yakni saat pacaran,'' ujar Bambang.Jadi, jangan menuntut pasangan untuk tetap mesra layaknya saat saling mengenal. Terus-terusan menuntut perhatian dari suami atau pasangan bisa jadi bumerang dalam berumah tangga.''Otak pria dibuat single track. Mereka tidak bisa berkonsentrasi lebih dari satu hal,'' ungkap Bambang.

Jangan menuntut perhatian saat mereka sedang fokus terhadap sesuatu hal. Anda akan dikecewakan. Contohnya, Anda meminta mencicipi masakan yang Anda buat saat suami sedang asyik menonton bola. Wah, bisa jadi Anda hanya dapat dongkolnya. Mereka tidak akan memperhatikan, kadang mendengar pun tidak.

Pilar dalam berumah tangga adalah komunikasi. Jika suami atau pasangan bertemperamen, sebaiknya Anda sudah mengetahuinya sebelum menikah. ''Saat Anda menerimanya menjadi suami, maka saat itulah Anda menerima semua kebaikan dan kekurangannya dalam satu paket,'' tegas Bambang.

Tidak ada lagi alasan Anda lelah dan tidak bisa menerima sifat kerasnya. Saat ini Anda sudah menikah. Berbeda dengan masa pacaran, kondisi saat ini bisa Anda hadapi dengan putus hubungan dan berdiam diri. Tetapi saat sudah menikah yang harus Anda lakukan adalah berkomunikasi. Jika Anda merasa tidak mampu mengatasi perbedaan, putuskan hubungan sebelum berlanjut ke jenjang pernikahan.

Lantas apa atapnya? Manajemen keuangan. Ingat, manajemen keuangan berbeda dengan harta dan keuangan. Masalah kecil yang berhubungan dengan uang bisa jadi pertengkaran.
''Faktor keuangan bisa jadi masalah jika tidak ditegaskan saat awal pernikahan,'' ujarnya. Anda menikah saat pekerjaannya masih luntang-lantung? Siap-siaplah untuk kemungkinan lebih buruk.

Anda menikah dengan pasangan, saat ia memiliki banyak harta dan simpanan? Anda juga tetap harus bersiap-siap. ''Pisahkan harta pribadi yang dikumpulkan sebelum menikah, dan harta bersama,'' sarannya. Ingin tetap bertahan dalam hal keuangan? Bila perlu gunakan konsultan keuangan.

Kehidupan berumah tangga seperti berlari ke garis finish. Tentukan bersama, jalur mana yang akan Anda berdua tempuh. Jalan mana yang lebih cepat sampai dan minim rintangan. Jika Anda berumah tangga tanpa tujuan, Anda tidak akan pernah sampai ke garis finish.

Back To Top