-->

Pasien Meninggal, Dokter Kanker Asal Singapura Diskors


Dokter ahli kanker asal Singapura, Ang Peng Tiam (59), mendapat skors atau penangguhan praktik selama delapan bulan per 27 Juni 2017. Keputusan skors ini diberikan oleh Konsil Kedokteran Singapura (Singapore Medical Council/SMC) karena Ang melakukan kesalahan profesional.

Kasus ini bermula pada April 2010. Ada seorang wanita dengan kanker paru berkonsultasi pada dokter yang juga Direktur Medis Parkway Cancer Centre ini. Ang mengatakan paling tidak 70 persen kanker wanita ini akan merespons pengobatan yang diberikan yakni dengan kemoterapi dan terapi target.

Ang tidak menawarkan pilihan pengobatan lain kepada pasien ini. Padahal, faktanya ada pilihan pengobatan operasi bila kanker masih stadium awal seperti yang diderita wanita ini menurut SMC.

Pasien pun kemudian menjalani perawatan yang disarankan Ang, tapi kanker di tubuhnya malah menyebar. Wanita itu meninggal enam bulan sesudahnya.

Keluarga tidak terima akan hal ini, mereka pun mengajukan keluhan ke SMC atas tindakan Ang. 

Ada empat tuduhan pelanggaran profesional pada April 2015 yang dilakukan Ang. Lalu, di Juli 2016, Ang dihukum karena dua tuduhan oleh pengadilan disipliner yang ditunjuk SMC. Selain itu dia kena denda S$25,000 atau Rp239.525.000 (Rp9.581/S$).

Namun, pada Selasa, pengadilan membolehkan mengganti denda tersebut dengan penangguhan tidak boleh praktik selama delapan bulan.

Menurut pengadilan, sebagai dokter seharusnya Ang mengevaluasi dampak positif dan negatif pada setiap pengobatan. Lalu, dokter pun harus tetap menginformasikan ke pasien bila ada pilihan pengobatan.

"Seorang dokter pasti tahu dan yakin pengobatan itu adalah yang terbaik untuk pasien, tapi pada akhirnya, pasien yang harusnya memilih pengobatan," kata pengadilan mengutip Channel News Asia, Jumat (30/6/2017)

Sebelumnya saat di hadapan SMC, Ang mengatakan bahwa memang operasi merupakan pengobatan yang bisa dilakukan pada pasien kanker. Pada kasus wanita ini, kesempatannya sembuh 20 persen meningkat bila menjalani operasi.

Dokter Ang juga dianggap memberikan harapan palsu kepada pasien dan keluarga dengan pengobatan yang diberikan. Ang mengungkapkan secara optimis bahwa dengan pengobatan yang dilakukan bisa mengendalikan penyakit kanker paru. "Padahal sebenarnya dia tidak memiliki dasar akan optimisme semacam itu," kata SMC. 

Back To Top